Ati Ranti Taek, Sopir Cantik Penakluk jalanan Trans Amfoang

Oleh: Simon Seffi

Kondisi jalan trans Amfoang saat ini masih dianggap sebagai medan yang relatif sulit bagi sebagian pengemudi kendaraan roda empat. Belum diaspal, banyak berlubang, berbatu di banyak titik. Pada banyak titik yang lain, ditutupi debu tebal saat kemarau. Debu tebal yang ada berubah menjadi lumpur tebal ketika jalanan basah diguyur hujan. Tak jarang, kendaraan harus ditarik beramai-ramai ketika rodanya terperangkap dalam lubang berlumpur tebal. Di banyak titik yang lain, kondisinya lebih ekstrim. Menanjak atau menurun tajam, sementara badan jalan dipenuhi lubang dan dilapisi lumpur tebal. Kendaraan bisa terbalik jika pengemudi tak lincah.

Jembatan Termanu yang ada di ujung Barat Amfoang juga memberi tantangan bagi banyak pengemudi. Salah satu tiang penyangga yang miring dan hampir roboh menyebabkan penampang jembatan di ujung barat ikut miring lebih dari 10 derajat. Seluruh penampang jembatan hampir dipenuhi lubang. Tak hati-hati, roda kendaraan bisa terperosok. Keberadaan buaya yang diketahui menghuni kolam di bawah jembatan membuat para pelintas juga takut tergelincir dan jatuh ke bawah jembatan.

Baru beberapa bulan terakhir ini, ada jalan alternatif yang diusahakan oleh pemerintah kecamatan Amfoang Barat Daya sehingga pengemudi memiliki pilihan untuk tidak melintas di atas jembatan Termanu. Meski begitu, sebagian pengemudi yang terbilang berani dan terbiasa berburu dengan waktu tetap memilih melintasi jembatan untuk menghindari jalan alternatif yang memutar. Ini juga dilakukan sopir cantik kita, pengemudi truk merah berbak kayu yang aksinya sering memantik rasa kagum, penasaran, dan takut sekaligus dari pengguna jalan yang lain yang kebetulan melihat aksinya.

Ati Ranti Taek.

Dengan keyakinan diri yang tinggi, dibarengi kehati-hatian yang ekstra, sopir cantik ini masih sering melintas bersama truk merahnya di atas jembatan Termanu. Bisa dua atau empat kali dalam seminggu.

“Kami tidak berani melintas di atas jembatan Termanu, ini perempuan satu ternyata tidak takut.” kagum salah satu sopir pria yang melihat aksinya melintasi jembatan Termanu beberapa waktu lalu.

Kepada media ini beberapa waktu lalu, Ati Ranti Taek, demikian nama sopir cantik itu bercerita, kadang-kadang ada yang terlihat tidak percaya ketika melihatnya berani melintasi jembatan Termanu.

“Ada yang berdiri dan merekam video, ada yang terlihat khawatir dan takut, ada yang memuji, ada yang angkat jempol.” cerita Ati sambil tertawa.

Sopir cantik kelahiran tahun 1993 di Taklale, Kupang Timur ini bercerita, dirinya baru belajar mengemudi pada tahun 2016. Dia diajari suaminya, Yonri Theny yang menikahinya pada tahun 2011 lalu. Mulai lincah menyetir pada tahun 2018, Ati sudah dipercaya mengangkut barang dan penumpang oleh sang suami pada tahun 2019.

Awalnya, Ati menyopiri bus yang mengangkut penumpang ke kampung Bisifo, Faumes, Leonai, dan Oemolo di dalam wilayah kecamatan Amfoang Barat Laut. Bus tersebut milik pihak lain yang disopiri sang suami. Ati hanya membantu sang suami saat itu.

Selalu didampingi suami ketika menyetir, Ati jadi makin lincah. Dari kendaraan jenis bus, Ati berpindah ke Truk. Dikawani suami, Ati mulai berani menyetir dari dan ke Kupang untuk mengangkut berbagai muatan seperti semen, beton, maupun bahan bangunan jenis lain. Beras bantuan pemerintah yang disalurkan melalui Bulog juga menjadi langganan muatannya.

Beberapa waktu terakhir ini, pasangan ini diberkahi rejeki yang cukup sehingga sanggup memiliki kendaraan roda empat sendiri. Ati mulai mengemudi kendaraannya sendiri. Saat bercerita dengan media ini, sopir cantik ini sudah dua minggu tidak ditemani sang suami. Sendiri bersama beberapa kondekturnya (konjak) yang semuanya lelaki, dua hingga tiga kali dalam seminggu Ati menyetir dari dan ke Kupang.

Perempuan cantik yang mengaku mencintai profesinya saat ini bercerita, sebagai sopir, banyak tantangan yang sering dihadapi olehnya. Bukan hanya roda kendaraan yang pernah terperosok dalam lubang penampang jembatan Termanu, roda kendaraan yang terbenam dalam lumpur sehingga perlu ditarik beramai-ramai juga sering dialami olehnya. Kendaraan mogok di jalan berlubang, atau mati star dan harus didorong ketika muatanya full juga berulangkali dialami oleh Ati.

Godaan dari para lelaki yang usil juga sering dialami oleh sopir cantik ini.

“Tapi tidak ada yang berlebihan. Mereka hanya fluit dan suit-suit atau bercanda tetapi tidak kurang ajar.” cerita Ati sambil tertawa.

Sang suami, cerita Ati, hanya tersenyum atau bahkan tertawa ketika dirinya digoda.

“kadang-kadang suami saya ikut fluit atau menggoda menirukan godaan dari mereka.” lucu Ati.

Meski berhadapan dengan banyak tantangan dan godaan, Ati mengaku didukung penuh semua keluarganya termasuk sang suami yang begitu dicintainya.

“Bapak kandung saya sangat bangga karena beliau punya banyak kenalan di Amfoang. Hanya mama yang sering khawatir. Keluarga dari pihak suami juga mendukung, tetapi selalu berpesan agar saya hati-hati.” cerita Ati.

Ketika berdiskusi mengenai posisi perempuan dalam keseharian masyarakat Amfoang, Sopir cantik ini mengakui banyak perempuan Amfoang yang sangat hebat meskipun tidak memiliki gelar akademik.

Menurut Ati, masing-masing perempuan Amfoang punya kelebihannya sendiri-sendiri.

“Ada yang jago menenun, ada yang rajin bertani, pokoknya masing-masing dengan kelebihannya sendiri. Jadi kita harus saling mengisi, saling mendukung, dan saling menghargai.” kata Ati.

Melalui media ini, sopir cantik ini lantas berpesan kepada sesama kaum perempuan di Amfoang agar selalu merasa percaya diri dan berusaha untuk mandiri dan berdaya sehingga mampu mengambil keputusan yang baik untuk diri dan lingkungan.

Semua perempuan Amfoang, pesan Ati, harus menjadi dirinya sendiri, harus mencintai dirinya sendiri dengan segala keunikan dan keistimewaannya.

Komentar